Voyage 63 - Bahagia Itu Pilihan
Manusia selalu dihadapkan pada pilihan, pilihan yang menurut orang lain baik dan pilihan hati yang mengukuhkan “inilah” jalan kita. Tanpa tersadar bahwa lingkungan memberikan banyak andil atas keputusan yang kita ambil yang terkadang memaksa “keinginan hati” itu sendiri….
Lepas dari siapa yang paling memberikan andil dalam keputusan, pada akhirnya kita jualah yang akan merasakan “pilihan” itu sendiri.
Dan kita jualah yang bertanggung jawab atas apa yang kita alami selama proses menjalani pilihan tersebut.
Just my thought, bahwa terdapat celah yang begitu tipis antara mengikuti suara hati dengan keegoisan..
Banyak yang salah kaprah mencoba mendefinisikan “keputusan hidup seseorang” yang sendirinya tidak paham akar dari pilihannya, yang terlihat hanya bahwa dia telah memilih ini dan itu dan ini itu adalah salah, kurang baik, tidak tepat…. Dan pada akhirnyaaa tanpa tersadari muncul suatu penyataan bahwa pilihan orang tersebut adalah TEPAT dan tragisnya lagi dia yang mencoba mencibir dan selalu memberikan penilaian kilat mencoba untuk menjalani pilihan orang tersebut. That’s life, just be yourself.
Sudah lah jangan terlalu gusar dengan kalimat di atas, hanya sekedar intermezzo…
Kita diberikan anugrah melalui akal dan pikiran dan karakter kita terlihat dari bagaimana kita menyalurkan anugrah tersebut.
Saya selalu berdoa: Tuhan bimbinglah saya agar mampu berkarya untuk membahagiakan diri dan lingkungan sekitar.
Penting untukmembahagiakan diri, karena itulah asset kita. Pada saat hati kita merasakan nyaman, saat itulah kebahagiaan diri hadir.
Bahagia bagi saya tidak harus melalui suatu ekspesi tertawa lepas, memiliki istri cantik, kekayaan berlimpah, dikelilingi teman yang setia… Bahagia pada saat hati kita dengan sendirinya menyalurkan energi keseluruh organ tubuh dan memancarkan aura dengan mengangkat halus bibir untuk tersenyum merasakan kebahagiaan orang lain akan keberadaan kita.
Saat itu dunia akan terasa begitu bersahabat.
Teringat, malam itu seorang gadis kecil di pelataran Masjid Sultan Ahmed, Istanbul dengan lembut menghampiri sesosok lelaki tua, diraihnya tangan dan dicium. Terlihat jelas kebahagiaan yang terpancar dari kedua sosok anak dan ayah, berjalan bergandeng tangan tidak terlepas , dipenuhi dengan senyuman dan gerakan yang seakan penuh canda, sampai hilang dari jangkauan mata ini. Sejenak terlintas bahwa meskipun penampilan mereka nampak sederhana, bahkan sangat sedehana namun kebahagiaan hadir diantara mereka.
Kita berhak untuk bahagia dan kita lah yang memutuskan kebahagiaan dalam hidup kita apapun caranya dengan tanpa mengorbankan orang lain.