Hejocokor

Voyage 29 - Berburu Beruang

Niatan awal hanya sekedar iseng untuk bersepeda menikmati keindahan kota Haines. Sepeda sudah kami booking dari Crew office.

Dan hari ini saatnya kami bersepeda. Deretan pinus dan rumah dari kayu dengan background pegunungan bersalju ditemani hembusan udara yang sejuk adalah Istimewa.

Pemandangan yang sayang untuk tidak diabadikan tidak hanya melalui kamera tapi melalui mata kami. Berbekal rasa penasaran, kami menuju chilkoot lake, sebelumnya saya pernah kesana menggunakan mobil, sekarang saatnyalah gerak sehat dengan bersepeda.

“Cape nih, istirahat bentar ya”

Dasar si Adit, baru jalan sebentar saja sudah mengeluh, tapi dia memang nampak pucat dan ternyata bukan sebentar tetapi sudah 7 miles kami bersepeda, pantas saja. Tertulis di papan informasi pinggir jalan, Chilkoot lake 2 miles left. Inako!

Di tengah jembatan, puluhan wisatawan sibuk memotret, nampaknya ada sesuatu yang luar biasa. Penasaran, akhirnya kami memutuskan untuk belok jalur kanan, yang seharusnya lurus ke arah Chilkoot lake.

 

Ternyata, seekor beruang dengan lahapnya sedang menikmati makan siang, fresh salmon langsung dari pinggir sungai. Keren ini pertama kali saya menyaksikan seacara langsung beruang di habitatnya di alam terbuka yang sedang berburu salmon. Ini adalah pengalam langka, karena tidak semua orang bisa menikmati pemandangan ini. Apalagi kalau saya cerita ke Pak Yono, sudah pasti dia iri berat, karena sepanjang hidupnya hanya beruang yang menjadi pesonanya.

Puas mengambil foto dan video, kamipun melanjutkan bersepeda, berhubung waktu sudah cukup sore, kami memutuskan untuk pulang dan tanpa sadar bahwa jarak yang harus kami tempuh 9 miles lagi. Di tengah perjalanan pulang, rasanya kaki ini seperti lepas dari engselnya. Entahlah, pingsan mungkin jalan yang terbaik saat itu. Saya mencoba untuk rehat, dan melihat si Adit sudah jauh meninggalkan saya, dia seperti kerasukan setan, berhubung dia harus segera masuk kerja, dan kalau terlambat, tamatlah riwayat dia sama atasannya.

Tertinggal lah saya seorang diri, menatap panjang jalanan yang seakan tak berujung.  Sedikit demi sedikit saya menggoes sepeda, sampai akhirnya terlihat lah penampakan sebuah kapal pesiar. Semangat kembali berkobar, jalanan siap saya terjang, kembali saya goes sepeda, dan sampailah di pier dengan bermandi keringat. Semua penumpang dan crew menatap heran, ada apa gerangan dengan saya yang berpeluh keringat, menenteng sepeda, napas ngos ngosan.

Sesampai di area gang way, Romi, menawarkan minuman lemon. Saat itu, air itu merupakan air terbaik yang pernah saya minum. Haus dan cape, hilang seketika, dan saya siap kembali bekerja.