Voyage 30 - Ngabuburit
“Ismu, Pa Yono ada ga?”
“ada, kamu disuruh si bapak ke atas nih, biar rame katanya”
”yaudah tar saya ke atas sekalian nganterin dokumen”
Tut..tut..tut. suara telpon ditutup.
Tadi dia bilang, saya disuruh ke atas biar rame? memangnya saya topeng monyet apa?
Kalo saya sudah selesai kerjaan, tugas saya selanjutnya ganggu mereka berdua, controller yang selalu sibuk dengan angka, hitungan dan kalkulator.. Ough!
Habisnya mereka pada serius sih. Saya sering mampir ke kantornya untuk sekedar ngobrol, kalau sudah saya ajak ngobrol, berhentilah mereka bekerja, sampai mereka bilang, parah nih kalo ada henry pasti kita ga kerja. Beralih ke obrolan ngalor ngidul, apalagi kalau sudah bahas beruang, langsung lah komputer ditinggalin. Mantap kan?
Tidak seperti obrolan biasanya yang entah kemana topiknya, semuanya dibahas, sampai cekikikan ganggu kantor tetangga. Malam itu, tiba-tiba percakapan terasa serius, sangat serius. Masalah agama.
Apa karena bulan Ramadhan ya, bawannya jadi beda. Entahlah.
Perang antara ismu dan pa yono.
”pokoknya, sekarang ini banyak Ustad yang eksis di TV dengan gaya yang wah...”
”nah, itu kan menunjukkan mereka makmur pak..”
”tapi kan ga harus pamer kekayaan, mejeng di depan mobil mewah diliput TV, bilang kalo siapa bilang islam itu ga boleh kaya”
” iya, itu kan mungkin cara mereka untuk memberikan semangat ke generasi muda pak, agar anggapan dulu bahwa ustad kere itu udah ga berlaku”
”sekarang ini, banyak agama yang di campur adukkan politik, ga bakalan bener tuh, liat aja.. malah alih-alih ceramah sekarang jadi lahan bisnis”
” ya dari mana mereka hidup pak, kalo ga dapat uang”
”Ehhmmm,,,, jadi hari ini temanya serius nih? Baiklah saya menyimak aja dulu ya...”
”hati-hati, sekarang ini banyak aliran yang mencoba mendokrin anak-anak muda, kemaren anak saya abis ikut seminar berbau agama, udah biayanya mahal, eh disuruh isi formulir mau direkrut buat jadi volunter means ga dibayar, saya telpon tuh panitianya... jangan begini dong mba caranya, jangan jadikan agama sebagai lahan bisnis”
Seminarnya memang bagus, saya nonton di DVD, tapi anak saya ikut seminar sampai nangis-nangis saking terdokrin nya.
Wait..wait..wait... maksud bapak seminar XYZ (samaran)?
Begini saudara-saudara, bagi saya yang paling penting adalah uang yang saya keluarkan worth it dengan apa yang saya dapat. Selama seminar tersebut memberikan efek yang bagus terhadap motivasi hidup saya dan setidaknya dapat menyadarkan atas beberapa kehilafan ya meskipun sesaat. Why not? Semua kembali ke pribadi masing-masing. Seminar sebagai fasilitator. Masalah mereka menjadikan bisnis, whatever lah I don’t care and we don’t have right to judge them coz we don’t have proof that the way they are doing their business is not in the right way. It’s fair, isn’t it?
Sekarang ini banyak sekali orang yang terlalu sibuk mengurusi masalah agama, terlalu dini menjudge bahwa ini buruk, ini jahat, ini sesat. Banyak yang berusaha membela agama, alih alih malah merusak image agama dengan perilaku yang tidak mencerminkan kehidupan beragama. Kekerasan, hujatan, dan ancaman dimana-mana. Apakah ini yang kita inginkan?
Nah masalah ustad yang suka pamer kekayaan, saya setuju, ga baik tuh.. malah sekarang lagi trend kalo mau nyumbang undang infotainment biar diliput.. nyumbang ke mesjid minta di info via speaker. Inako!
Duuh, kenapa jadi serius gini... maap saya bukan ahlinya dibidang ini, sebatas menyampaikan pendapat saja...
Ayo ah, udah jam 11 malam nih, saatnya buka puasa..