Voyage 31 - Petualang Dadakan
Kalo diperhatikan kita ini seperti semut …
Setiap saya papasan dengan mereka para bule, pasti menyapa entah sekedar say hi, hello, how are you doing bahkan bisa jadi melebar ke percakapan ngalor ngidul dengan penuh semangat diakhiri dengan jalan bareng.
Siang itu, saya tertarik untuk mengunjungi lower lake skagway. Lokasinya kurang lebih 1 mile atau 45 menit ditempuh dengan jalan kaki dari Downtown.
Saya memutuskan untuk jalan sendiri , karena beberapa teman ada yang masih tugas, ada yang mau santai dan tiduran di kamar dan kalau keluarpun mereka lebih memilih cafe, tujuan utamanya ya cari wi fi.. buat update status facebook! Gosh.
Andai diajak untuk hiking, omaygat, mereka udah pasti langsung bilang. BIG NO! Thanks.
Well, seperti biasa si ransel orange sudah siap menemani perjalanan saya, dan seperti biasa pula saya tidak tahu lower lake dimana, lewat jalan mana dan bagaimana kondisinya.
Berbekal peta wisata yang saya dapat dari information tourism centre, saya pun menyisir jalanan broadway Skagway dan mengikuti arah yang tertera di peta dan di jalanan.
Beruntung, disini petunjuknya cukup jelas, sehingga memudahkan saya untuk menemukan rutenya.
Saat itu saya merasa menjadi anak petualang yang mencoba menaklukan alam.
Berjalan kaki di udara dingin ternyata terasa jauh lebih berat. Entahlah mungkin pasokan oksigennya berkurang.
Perjalanan ini terasa panjang, namun hamparan pohon pinus, sungai yang jernih dan hawa dingin ini telah melenyapkan segala penat.
Sempat tertahan oleh rasa ”takut” akan binatang buas yang mungkin saja tba-tiba lewat memotong jalur. Siang itu tidak ada satupun wisatawan yang saya lihat.
Sempat terpikir untuk kembali ke donwntown, mengingat resiko yang mungkin saja terjadi entah hilang arah, serangan binatang buas, atau pingsan mungkin karena kelelahan... and I’m alone.
Tapi instuisi ini berkata lain, ” Henry kamu pasti bisa sampai ke lower lake, it’s your prestigious experience”
Tepat diketinggian 500 meter, saya istirahat sejenak menikmati pemandangan hamparan gunung es yang mengelilingi downtown
Putih, hiijau menjadi warna yang mendominasi mata ini. Begitu indah maha karya Tuhan.
“wow…it’s cool…” dan deretan bahasa German (mungkin), yang entahlah artinya apa… yang pasti bersifat pujian.
Suara itu mengalihkan perhatian saya, Thanks finally ada teman menuju lower lake.
Kamipun saling menyapa, mereka sepasang kekasih kewarganegaraan German (bener kan?)
Merasa sebagai sesama pendatang, kamipun memutuskan untuk melakukan perjalanan bareng. Saya memasukkan peta ke dalam tas, saat ini saya tidak memerlukannya lagi.
Bercerita sepanjang perjalanan, sedikit banyak membuka pemahaman saya, bagaimana pola mereka melakukan perjalanan. Bagi mereka, menikmati alam, bersahabat dan memeluknya adalah bagian terpenting dalam memaknai hidup.
Banyak hal yang membuat saya takjub, bagaimana mereka begitu menghargai alam. Sempat terlintas, bagaimana seandainya merreka mendengar kabar tentang gundulnya hutan Kalimantan dan pembantaian puluhan bahkan ratusan orang utan! Oh no no no no, please jangan sampe mereka tahu, mau disimpan dimana muka saya L
Paid off! Ya...terbentang danau ditengah hutan.. dikelilingi aneka jenis pohon dan berbagai binatang pastinnya, namun entahlah siapa aja penghuninya, saya tidak sempat ngabsen J
Duduk dipinggir danau bersama wisatawan lainnya, menikmati cemilan, sepotong roti dan jus.. diiringi lagu etnis group band Swedia.. It’s Life