Menara Pisa Italy

Voyage 58 - Mereka Yang Berhati Mulia

Memang benar adanya bahwa hati seseorang siapa yang tahu, terkadang kita lebih menilainya melalui penampilan fisik dan warna kulit. Penampilan yang baik belum tentu memiliki hati yang baik begitupun penampilan yang terkesan tidak rapi bisa jadi memiliki hati yang jauh lebih baik.

Inilah yang saya rasakan, beberapa kali saya mendapatkan bantuan dari seseorang yang tidak saya kenal namun berhati mulia.

Saat itu, saya dan teman berencana untuk menghabiskan malam di restoran Bloody Mary’s, sebuah restoran di Bora Bora Island yang terkenal sebagai tempat makan nya para selebritis dunia, sebut saja George Colloney, Angelina Jolie, Tom Cruise dan sederet nama selebritis dunia pernah berkunjung ke sini dan nama mereka terpampang di notice board depan restoran. Selanjutnya mungkin mereka akan memasukkan nama saya. I wish!

Berhubung untuk mencapai daratan harus menggunakan tender atau kapal kecil yang mengangkut penumpang dari kapal menuju daratan, sehingga kamipun terpisah dengan beberapa teman, dan kami memutuskan untuk bertemu langsung di restoran.

Sesampai di daratan, ternyata mereka sudah melaju dengan taxi, tertinggal lah saya dan Arnold.

30 menit kami menunggu taxi dan tidak ada satupun yang melintas. Jarak dari pelabuhan menuju lokasi sekitar 5 km. Untuk jalan kaki rasanya terlalu jauh sedangkan menunggu taxi entah sampai kapan akan datang. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu taxi sambil berjalan kaki. Terlintas untuk memberhentikan mobil penduduk, mungkin mereka berbaik hati. Sekali dua kali kami melambaikan tangan, namun tidak ada satupun yang berhenti, sampai akhirnya tanpa sengaja kami mengacungkan tangan dan tiba tiba sebuah mobil pick up berhenti, kami menghampiri dan menyampaikan bahwa kami sedang menunggu taxi untuk ke restoran Bloody Mary’s, namun tidak ada satupun yang terlihat. Mereka memberikan tawaran untk menumpang, karena arah mereka kebetulan sejalur dengan resoran tersebut, dengan sopan mereka menyampaikan bahwa mereka bersedia memberikan tumpangan namun di belakang. Bagi kami saat itu, tidak masalah selama sampai di tempat. Akhirnya orang tersebut merapihkan dan kebetulan ada dua sofa dibelakang pick up. Sepanjang perjalanan kami tertawa dan menikmati malam yang begitu indah, malam yang bertabur bintang, angin berhembus dan kami merasa seperti petualang.

Mobil berhenti dan saatnya kamipun turun, namun sayang ternyata restoran tersebut tutup. Inako! Untung tadi siang sempat berkunjung ke sana. Sayapun menanyakan restoran terdekat di daerah sana, dan dengan ramah mereka menawarkan untuk mengantarkan saya ke restoran lainnya, dan kami mengamininya. Malam itu kami batal untuk berkumpul dengan teman, namun kami mendapat pengalaman yang luar biasa. Istimewanya mereka menolak pada saat saya memberikan beberapa lembar dollar sebagai rasa terimakasih. Dengan halus mereka menolak dan mengatakan bahwa mereka sangat bahagia dengan bisa membantu kami.

Pengalaman lainnya yang tidak kalah istimewa pada saat saya belanja kebutuhan kantor di Office Depot Key west, USA. Dengan berburu waktu saya dan Thomas pergi dengan taxi yang kami pesan melalui hotel di pusat kota. Kami pikir bahwa jarak menuju office depot tidak lah jauh, ternyata butuh 30 menit untuk mencapai lokasi. Singkat cerita kami sampai dan belanja dan kami meminta salah satu karyawan untuk menelpon taxi. 20 menit berlalu dan tidak ada satu taxipun yang lewat, kami memutuskan untuk menunggu taxi di depan jalan raya. Mungkin ada yang lewat. 40 menit berlalu dan waktu kami semakin terbatas, karena hari itu kapal akan berlayar jam 5 sore. Galau tingkat tinggi, karena sampai jam 3:30 taxi belum terlihat sedangkan last gang way jam 4:30 sore. Jelas kami akan ditinggal kapal apabila kami terlambat.

 

Tiba tiba, pasangan suami istri yang berada di sebuah mobil memanggil kami yang sedang menunggu di pinggir jalan. Saat kami menghampiri, mereka mengatakan bahwa sulit untuk mendapatkan taxi di daerah ini. Dan merekapun menawarkan untuk ikut dengan mereka. Dengan semangat kami langsung mengamini. Meskipun bukan mobil mewah namun yang penting kami sampai tepat waktu. Naasnya mobil dibagian jok belakang penuh dengan barang dan kami harus bersempit ria, terlebih harus menghirup bau anjing yang duduk di jok depan. Inako! Saat itu yang kami pikirkan adalah sampai di down town, tidak peduli dengan apa yang kami hadapi sekarang. Bau , sempit dan kemungkinan di culik, bisa saja terjadi.

 

Galau ini benar benar merusak akal jernih. Nyatanya mereka adalah pasangan yang berhati mulia, yang telah menyelamatkan kami dari kemungkinan ditinggal kapal.

Mereka yang membantu kami adalah mereka yang datang dari keluarga sederhana, berkulit hitam dan berpenampilan apa adanya, namun kebaikan mereka telah mengubah pandangan saya atas penampilan. Bagiamana tidak, beberapa kali kami ditolak saat kami mencoba meminta tumpangan kepada mereka orang kulit putih namun tidak ada satupun yang berhenti mungkin mereka merasa takut ancaman bahaya orang asing. Memang tidak semua mereka bersikap demikian namun itulah yang kami alami.