Hejocokor

Voyage 40 - Code Red

Kring..kring..

Henry’s speaking...

Hen, it’s Michelle. Sorry disturb your time, can you come earlier to the office, please?

 

Dengan mata masih tertutup dan masih lemas, saya lihat jam di TV masih jam 7 pagi.  Setengah jam lebih awal dari seharusnya saya bangun. saya paksakan untuk mandi, ganti seragam dan dan segera berangkat ke kantor, ditempuh hanya 2 menit jalan kaki.

 

Morning Michelle, what’s up?

Morning Henry, Could you please check the email. We have situation.

 

Inako! Pasti kabar buruk.

Segera saya nyalakan komputer dan cek email, dan ternyata email dari Hotel Director yang menetapkan kapal kita saat ini Code Red.

Code Red dimana kapal dalam keadaan darurat untuk masalah kesehatan, karena jumlah crew dan tamu yang mengalami sakit yang menyebabkan muntah dan diare atau lebih dikenal dengan istilah medis (ILI, GI) melebihi 0.7% dari total crew dan tamu yang ada di kapal. Setiap crew member yang merasa demam dan atau muntah dan atau diare, maka wajib melapor ke infirmary atau ruang medical untuk di cek apakah diperlukan tindakan isolasi untuk menghambat penyebaran virus di kapal. Gagal dalam melaporkan akan terkena PIN dan bisa jadi dismiss atau dipulangkan.

 

Code Red ibarat malapetaka bagi sebuah kapal, tidak hanya bagi management yang akan dibantai dengan berbagai pertanyaan dari kantor pusat dan dari setiap pelabuhan yang akan dikunjungi tapi lebih naasnya lagi bagi tim housekeeping dan waiter, karena mereka harus melakukan sanitasi seluruh kapal, dan untuk dining room harus melakukan pelayanan untuk makanan yang dihidangkan untuk tamu. Tamu tidak boleh menyentuh segala peralatan di ruang dining room dan selesai first seating semua peralatan harus segera di sanitasi ulang sebelum second seating dibuka.

Beban kerja bisa 2 sampai 3 kali lipat lebih cape!

Saya segera print email dan memasang di buletin board di crew area untuk menginformasikan bahwa kapal kita Code Red.

Saya dan Michelle mengundang Pak Sam, Crew Care Supervisor untuk membahas mengenai kegiatan makan siang dan malam, dan akhirnya disepakati bahwa tim officer akan membantu menghidangkan makanan selama jam makan, emailpun dikirim untuk meminta volounteer. Saat inilah saya merasakan betapa beratnya beban kerja crew mess room attendant yang harus menyiapkan makanan untuk lebih dari 500 crew member.

Memang selalu ada cara agar kita mengerti kondisi seseorang.