Voyage 24 - Shock Culture
Sepandai pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga, nah sepandai pandainya saya menyembunyikan misi rahasia akhirnya kepergok juga. What are you writing Henry?
mmm I’m writing about my stories..Road to Alaska.
Yang membuat saya terkejut adalah, respon dia yang begitu antusias bahwa saya suka menulis, berawal dari Percakapan inilah, dia mempermudah saya waktu untuk mengikuti tour dan dibeberapa kesempatan malah dia yang memaksa saya untuk ikut tour. Ajaib! Ya Dia adalah Anna.
***
Bekerja di negeri orang dari berbagai negara di belahan dunia bagi saya adalah anugerah dan tantangan. Selain kemampuan bahasa yang harus”siap”, kita juga sering dihadapkan dengan perbedaan kultur dari masing-masing negara.
Mungkin karena kebiasaan di Indonesia, kalau saya sedang duduk dan bos menghampiri untuk mengajak ngobrol, biasanya saya ikut berdiri, selain sebagai rasa hormat juga agar nyaman pada saat berkomunikasi – sejajar. Nah kebiasaan ini, saya bawalah disini. Jadi setiap Anna yang nice ini nyamperin terus ngajak ngobrol, reflex saya langsung berdiri kan? Pertama Anna bilang,” it’s ok just sit” duduklah saya, dan berlanjut sampe ke 4-5-8 dan naasnya masih terus berdiri saat diajak ngobrol, sampai keluarlah teguran: “ I don’t know, why you have to stand up when I talked with you. It’s ok just sit down, I just tought that when I want to talk with you, you wanna go away”. Saya jelaskan bahwa hal ini saya lakukan sebagai rasa hormat, dan tentunya bagi saya lebih nyaman apabila berkumonikasi dengan pandangan sejajar. Anna tetap minta saya untuk duduk. Selang beberapa hari, saat Anna duduk, datanglah seorang crew member sambil berdiri dia menyampaikan maksud kedatagannya. Anna mempersilahkan si crew tersebut untuk duduk namun si crew menolak, dia lebih nyaman berdiri.
Tercetuslah dari Hanna: “Henry now I understand it’s more comfort if we are in the same line during conversation”.
*
Saya ini memang tidak tahu diri, sudah dikasih ijin onshore, pulangnya kebablasan tidur, alhasil pas masuk kantor Anna bilang. Great! You have 7 hours break (yang harusnya dua jam) wish I could” dengan mimik yang tidak biasa banget.
I know she is upset.. yang bisa saya lakukan, pasang muka nyesel, say sorry and say thanks for letting me know. Karena pada saat itu saya memang tidak tahu kalalu selepas mengikuti tour pada saat sudah on board tetap harus masuk kantor lagi, dan bukannya tidur.
5 menit suasana hening (banget) ”No conversation at all”, tiba tiba dia ngajak ngobrol dan saya kembali pasang muka sumringah sambil senyum. Akhirnya dia minta maaf karena sudah jutek. “I said.That’s fine. It’s my bad.”
Hari berikutnya Anna dengan semangat dan terlihat bahagia bilang bahwa kelasnya rame (dia juga ngajar di HAL University) dan ada staf yang tanya, bagimana menyikapi boss yang teriak-teriak kalau marah (yang pasti bukan sifat dia), Anna bilang, api jangan dibalas dengan api. “Stay Calm, say sorry and inform him/her thanks for letting me know.”
You know Henry, just like what we did before, when you said thanks for letting me know and you keep calm, it made me like I’m a devil, and I have to apology to you. Happy ending.”
*
masih berlanjut di kebiasaan dan perbedaan culture antara Asia dan Barat. Begini ceritanya. Di Indonesia, sebagai rasa hormat dengan atasan biasanya memanggil Bu, Pak kan?
Anna ini malah ketawa ngakak pas saya bilang, ”yes mam”, dia bilang, “hey i have a name , just call my name”. terus saya bilang sorry kebiasaan di Indonesia, akhirnya dia cerita kalau di Swedia itu sama guru saja panggil nama depan. “So just call my name without miss or mam or whatever!”
Lain cerita lagi, rata-rata kita tidak berani minta tolong atasan untuk melakukan sesuatu yang sebenernya simpel dan bisa kita lakukan sendiri.
Berawal saat saya mau ambil hasil fotocopian yang posisi fotocopian itu lebih deket dari tempat duduknya dia. Berdirilah saya untuk ambil dan berjalan ke arah dia, dan tahu apa yang terjadi? dia langsung komplen. “you can ask me to take those papers.. I’ll take them for you” terus saya bilang saja “ok”, diambillah itu kertas, berlanjut ke sekian kali dan saya ini belum berani bilang : tolong dong ambilin ini, tolong dong ambilin itu, saya pasti berdiri , jalan dan mencoba ambil itu kertas dan dia kembali komplen sampai akhirnya “can you just ask me to do that!!! Please, Henry!!!” “sorry in my country it’s not polite if we ask our boss to do something for us.”
“Well well well “ mmmm dia mulai bermugam, nyari pembendaharaan kata, “it’s all about culture, our culture is so different Henry.” Di Swedia, tidak ada batasan dan perbedaan antara atasan dan tim, semua sama yang berbeda hanya wewenang dan tanggung jawab. tidak ada atasan minta tolong ini itu dan tim tidak boleh minta tolong atasan ,” so please again, Henry. We are a team, I do my main jobs and you do your main jobs, be cycle. The rest…lets do together.”
Finally kita pada ngakak bareng… “all right, Anna, take my copy paper please!